Sabtu, 12 Oktober 2019

Kerasionalan imajinasi



IMAJINASI dan RASIONALITAS

Secara terminologi Imajinasi adalah suatu permainan akal yang menggambarkan sesuatu tanpa memiliki realitas ataupun wujud yang nyata.
Secara etimologi di artikan sebagai khayalan, kreatifitas akal, dan alam realitas kedua.
Sedangkan menurut wikipedia, Imajinasi adalah daya pikir untuk membayangkan (dalam angan-angan) atau menciptakan gambar (lukisan, karangan, dan sebagainya) kejadian berdasarkan kenyataan atau pengalaman seseorang secara umum
Istilah ini secara teknis dipakai dalam psikologisebagai proses membangun kembali persepsi dari suatu benda yang terlebih dahulu diberi persepsi pengertian. Sejak penggunaan istilah ini bertentangan dengan yang dipunyai bahasa biasa, beberapa psikolog lebih menyebut proses ini sebagai "menggambarkan" atau "gambaran" atau sebagai suatu reproduksi yang bertentangan dengan imajinasi "produktif" atau "konstruktif".
Kebanyakan manusia terjebat dalam imajinasi yang kuat sehingga membuat mereka menghayalkan sesuatu yang tidak ada realitasnya, ketika khayalan atau imajinasi ini menguat maka apa yang tidak rasional menjadi rasional dan sikap ini membuat akal yang menjadi tolok ukur dikatakan manusia melemah.

Apa maksud perkataan "sikap ini membuat akal yang menjadi tolok ukur dikatakan manusia melemah" manusia dikatakan manusia karna akalnya bukan karna bentuk dan jasadnya, maka dari itu ketika akal melemah dan imajinasi menguat maka kemanusiaan manusia menurun.

Lalu apa maksud dari pernyataan "khayalan atau imajinasi ini menguat maka apa yang tidak rasional menjadi rasional" seperti : manusia sudah tau bahwa sesuatu yang telah mati tidak akan bankit lagi sampai hari kebangkitan dan Allah Swt tak akan membiarkan arwah yang telah meninggal berkeliaran dialam dunia kalau ditinjau dari alquran hanya menyapaikan hari kebangkitan artinya apa, sekarang semua arwah masih terkunci dalam kubur. Akan tapi ketika melewati pekuburan di malam hari mereka merasa takut.

Ini diakibatkan karena diberikan doktrin yang diberikan kepada manusia sejak lama sampai menjadi sebuah keyakinan universal sehingga mereka meyakini bahwa orang yang telah meninggal arwah mereka akan bergentayangan sehingga menciptakan kebodohan massal.

Adapun bukti adanya penampakan yang dilihat oleh mata itu hasil dari imajinasi yang kuat sehingga menciptakan fatamorgana/merasionalkan yang tidak rasional. Kalau penampakan dari lensa kamera itu bukan arwah! Karena arwah yang telah meninggal akan menjadi non materi, dan yang diketahui adalah materi tak bisa menangkap yang non materi, akan tetapi itu adalah jin yang menakuti manusia karna jin adalah materi halus, jin ibarat asap ketika menyatu dia akan nampak dan ketika melebar dia tak nampak tetapi masih ada.

Orang yang memiliki imajinasi yang tinggi dapat menyebabkan dirinya musyrik, ketika tuhan diimajinasikan memiliki jasad dan bentuk, akibat tuhan tak memiliki bentuk dan wujud karena dialah yang maha tak terbatas sehingga membayangkan tuhan seperti yang ada di pikirannya inilah alasan kenapa imajinasi atau khayalan dapat menyesatkan manusia

Rabu, 09 Oktober 2019

Azab dan Sistem Alam

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

"Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang."

Dalam dunia ini sering kali kita mendapatkan fenomena yang terjadi di sekitar kita baik itu sebuah penemuan ataupun bencana seperti gempa, stunami dan lainnya. Namun di berbagai golongan atau aliran kepercayaan menganggap bencana ini adalah sebuah azab dari sang pencipta namun di sisi bersebrangan yaitu kaum materialisme menganggap bahwa bencana adalah proses alam yang memperbaharui dirinya.

bencana  karna cuma murka sang pencipta tapi proses pembaharuan alam.
Seperti firman Allah Swt dalam Qs. Al-Anfal ayat 33 :

وَمَا كَانَ اللّٰهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَاَنْتَ  فِيْهِمْ‌ؕ وَمَا كَانَ اللّٰهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُوْنَ

"Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun"
[QS. Al-Anfal: Ayat 33]

Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada di antara mereka. Yang di maksud kamu adalah nabi muhammad, dan Allah Swt tidak akan mengazab sebuah daerah kalau nabi muhammad ada di dalamnya, sekarang kita lihat dalam Azan nabi muhammad ada, dalam sholat nabi muhammad ada dan ketika kita memberikan salam kepada kepada nabi muhammad dia akan menjawab salam kita otomatis dia akan hadir diantara kita.

Sehingga bencana yang ada di daerah muslim ataupun daerah yang terdapat muslim didalamnya itu bukan Azab melainkan proses alam.

Jadi bencana yang terjadi di daerah palu dan lombok itu bukan azab melainkan proses perubahan sel alam.


Sabtu, 28 September 2019

HAKIKAT DOA




  • HAKIKAT DOA

Ibadah adalah bentuk kata dari isim masdar dari kata abada-ya’budu secara bahasa artinya merndahkan diri dan ketundukan atau al-khudhu wa tadhalluh. Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) ibadah adalah perbuatan untuk menyatakan bakti kepada Allah, yang didasari ketaatan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya.[1]

Dalam kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) ada beberapa macam ibadah, antara lain :
1)   Badaniah : ibadah yang dilakukan secara fisik, seperti salat.
2)   Haji : ibadah wajib yang dikerjakan minimal satu kali dalam hidup dengan pergi ke Mekah dan Medinah disertai rukun dan syarat yang telah ditetapkan.
3)   Puasa : ibadah wajib setahun sekali selama satu bulan yang dilakukan pada bulan Ramadan.
4)   Sunah : ibadah yang tidak diwajibkan, jika dikerjakan mendapat pahala dan jika tidak dikerjakan tidak berdosa, seperti puasa pada hari Senin dan Kamis.
5)   Wajib : ibadah yang diwajibkan, jika dikerjakan mendapat pahala tidak dikerjakan berdosa, seperti salat lima waktu, puasa pada bulan Ramadan.[2]

Doa merupakan senjata bagi penganut ajaran kepercayaan, terkusus dalam agama islam doa menjadi salah satu dari ritual-ritual keagamaan dan bentuk penyerahan diri kepada Allah Swt. Doa tidak seperti layaknya proposal yang di buat untuk tujuan permohonan ataupun permintaan kepada seseorang, sehinggah permohonan itu bisa diajukan kepada semua orang yang dapat mengabulkan permohonan tersebut dan doa juga tidak seperti layaknya alat komunikasi yang bisa menghubungi sembarang orang untuk menerima ataupun memberi sebuah informasi bagi pengguna lainnya.

Doa jangan diartikan Cuma bermakna permintaan atau tholab jika diartikan doa yaitu permintaan kalau begitu apa bedanya dengan memerintah atau menyuruh Allah Swt. Akan tetapi, doa merupakan menifestasi dari ibadah dan bentuk dari ketauhidan, penghambaan dan merasa butuhnya seorang hambah terhadap penciptanya yaitu Allah Swt. Maka dari itu, doa tidak boleh dipanjatkan kepada siapa saja karena doa bukan ritual biasa, jika doa dipanjatkan kepada siapa saja artinya doa itu adalah suatu bentuk kesyirikan kepada Allah Swt, dan jika pelaku doa berdoa kepada sesuatu yang berkuasa dari segala penguasa yaitu Allah Swt sebagaimana firman-Nya dalam Qs. Al-Baqarah ayat 165 :
أَنَّ ٱلۡقُوَّةَ لِلَّهِ جَمِيعا
“sesunggunya suluruh kekuatan hanya milik Allah”
Ayat ini menunjukan bahwa segala kekuatan hanyalah milik Allah Swt dan seluruh kekuatan bersandar pada keberadaan-Nya, sehinggah taka da setupun yang memiliki kekuasaan yang berdiri sendiri kecuali Dia, maka dari itu kekuasaan selain dari Allah Swt hanyalah kekuasaan yang bersumber dari izin dan kehendak Allah Swt. Maka dapat dikatakan bahwa doa dari pendoa tersebut adalah suatu buntuk ibadah dan ketaatan kepada Allah Swt. Rasulullah Saw berkata : Doa adalah inti ibadah.[3]
Allah Swt berfirman dalam Qs. Ghafir : 60 :
 وَقَالَ رَبُّكُمُ ٱدۡعُونِيٓ أَسۡتَجِبۡ لَكُمۡۚ إِنَّ ٱلَّذِينَ يَسۡتَكۡبِرُونَ عَنۡ عِبَادَتِي سَيَدۡخُلُونَ جَهَنَّمَ دَاخِرِينَ 
“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (beribadah kepadaku) akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina.”

Dalam Qs. Ghafir ayat 60 “Berdoalah kepada-Ku”, Allas Swt begitu sayangnya kepada seluruh hambah-Nya sehingga memerintahkan dan menyeruh hambah-Nya untuk berdoa kepada-Nya, dan Allah Swt berjanji untuk mengbulkan doa tersebut. Dan dalam ayat ini Allah Swt memutlakkan seruan doa dan istijabah[4]

Ayat di atas terdiri dari dua premis, premis pertama yaitu “Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu.” Dan premis kedua yaitu “Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (beribadah kepadaku) akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. Pada premis pertama didahului dengan kata doa ٱدۡعُونِيٓ  Berdoalah” dan pada premis kedua terdapat kata yang mengandung makna ibadah عِبَادَتِيmenyembah-Ku”, ayat ini menggambarkan bahwa doa itu  adalah sebagian dari ibadah.

Sebagaimana yang dinyatakan dalam “Tafsir Al-Mizan: Menyingkap Rahasia Doa”, “yakni, pertama Allah menyebut doa kemudian menggantikannya bagian dari ibadah, ini mengisyaratkan adanya satu kesatuan dari doa dan ibadah”.[5]

“Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku (beribadah kepadaku) akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina”. Dan pada premis kedua ini dikatakan bahwa yang menyombongkan diri dari beribadah atau berdoa kepada-Nya akan masuk neraka Jahannam dalam keadaan hina dina. Dan ini menunjukkan bahwa makna doa telah diganti menjadi ibadah maka sesunggunya doa itu adalah ibadah.[6]

Ayat ini menyerukan untuk berdoa dan menjanjikan ijabah. Lebih dari itu, ayat ini menamakan doa sebagai ibadah, dengan firman-Nya : “dari beribadah kepada-Ku, yakni berdoa kepada-Ku”Bahkan Allah memutlakkan ibadah itu adalah doa, karena ayat ini mengandung ancaman neraka bagi yang meninggalkan doa. Sedangkan ancaman neraka itu pada dasarnya, hanya diperuntungkan bagi yang meninggalkan ibadah, tidak karena meninggalkan sebagian. Jadi, pada asalnya, ibadah itu adalah doa.[7]

Dalam Al-Kafi, dengan sanad dari Hammad bin Isa dari Abu Abdillah (a.s), ia berkata: Aku mendengar dari Abu Abdillah (a.s) berkata: “berdoalah dan janganlah urusan telah selesai, karena sesungguhnya Allah doa itu adalah ibadah, sesunggunya Allah Azza wa Jalla berfirman: ‘sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari beribada kepada-Ku akan masuk neraka jahanam dalam keadaan hina hina. Dan Allah berfirman “berdoalah kepada-Ku, niscaya kuperkenankan bagimu.”[8]
Allah Swt berfirman dalam Qs. Yunus ayat 106 :
وَلَا تَدۡعُ مِن دُونِ ٱللَّهِ مَا لَا يَنفَعُكَ وَلَا يَضُرُّكَۖ فَإِن فَعَلۡتَ فَإِنَّكَ إِذا مِّنَ ٱلظَّٰلِمِينَ 
“Dan janganlah kamu berdoa apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu selain Allah; sebab jika kamu berbuat (yang demikian), itu, maka sesungguhnya kamu kalau begitu termasuk orang-orang yang zalim”.
Dalam ayat ini Allah Swt menjelaskan larangan-Nya kepada seluruh hamba agar jangan berdoa dan beribadah kepada selain Allah, Sebab selain Allah, tidak ada yang dapat memberi manfaat dan mudarat, atau memberi kesenangan dan kesusahan baik di dunia maupun di akhirat. Seandainya seorang hamba berbuat demikian, maka mereka termasuk ke dalam orang-orang yang menganiaya diri sendiri. Dan hamba yang berbuat syirik mengembalikan urusan yang dihadapinya kepada selain Allah Swt akan mendapatkan siksaan neraka. Maka kembalilah kepada Allah. Panjatkanlah doa kepada Allah semata karena doa termasuk ibadah yang besar, bahkan otak ibadah.
 
Firman-Nya : Dan janganlah kamu berdoa apa-apa yang tidak memberi manfaat dan tidak (pula) memberi mudharat kepadamu, ini adalah isyarat larangan dari berbuat kesyirikan, dan penjelasan bahwasanya perbuatan syirik dapat memasukan manusia kedalam golongan orang-orang yang zalim, maka berhak kepadanya apa yang Allah Swt janjikan kepada orang-orang yang zalim sebagaimana dalam firman-Nya.[9]

Maka dari itu setiap hamba haruslah senang tiasa berdoa kepada Allah Swt yang memberikan manfaat dan kebaikan, mengajukan segala keluhan yang dialami oleh pelaku doa sehinggah pelaku doa tidak meminta sesuatu kepada selain Allah Swt yang membuat pelaku doa terjerumus ke dalam kesesatan dan kesyirikan yang menyesatkan pelaku doa tersebut. Barang siapa memutuskan hubungan doa dengan Allah Swt, hambah tersebut telah menyombongkan diri kepada Allah Swt sehingga perbuatan tersebut membawanya ke dalam neraka.


[1] Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus versi online/daring (dalam jaringan) https://kbbi.web.id/ibadah

[2] Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Kamus versi online/daring (dalam jaringan) https://kbbi.web.id/ibadah

[3] Muhammad Baqir Majlisi, Bihar Al-Anwar, (Tehron : Mensyurot Ketobeci), Juz 93, hal. 300.
[4] Sayyid Muhammad Husain Thabataba’i, Tafsir Al-Mizan : Menyingkap Rahasia Doa, (Jakarta : andita, 1414 H), hal. 67.
[5] Sayyid Muhammad Husain Thabataba’i, Tafsir Al-Mizan : Menyingkap Rahasia Doa, hal. 88.
[6] Allamah Sayyid Muhammad Husein at-Thabataba’i, Al-Mizan Fi Tafsiril Qur’an (Lubnon : Muassatul A’lamia Lilmatbua’h), jil. 17, hal. 342
[7] Sayyid Muhammad Husain Thabataba’i, Tafsir Al-Mizan : Menyingkap Rahasia Doa, hal. 10.
[8] Sayyid Muhammad Husain Thabataba’i, Tafsir Al-Mizan : Menyingkap Rahasia Doa, hal. 68.
[9] Allamah Sayyid Muhammad Husein at-Thabataba’i, Al-Mizan Fi Tafsiril Qur’an,  jil 10, hal. 126.

Sabtu, 24 Agustus 2019

Tawassul dan syariat

Dalil Mengenai Tawassul 

Bertawassul adalah hal yang sering diperdebadkan mengenai kebolehan dilakukannya. Akan tetapi, bertawassul adalah seni berdoa yang dianjurkan dalam agama karena akan menambah kualitas doa dan mempercepat dikabulkannya sebuah doa. 

Dalam al-Quran Allah Swt menyeruh kepada hamba-Nya yang beriman untuk mencari jalan yang membuatnya lebih dekat lagi kepada-Nya. Sebagaimana berfirman dalam Qs. Al-Maidah ayat 35 :

 يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُواْ ٱتَّقُواْ ٱللَّهَ وَٱبۡتَغُوٓاْ إِلَيۡهِ ٱلۡوَسِيلَةَ وَجَٰهِدُواْ فِي سَبِيلِهِۦ لَعَلَّكُمۡ تُفۡلِحُونَ 

 “Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan carilah wasilah (jalan) yang mendekatkan diri kepada-Nya, dan berjihadlah pada jalan-Nya, supaya kamu mendapat keberuntungan.”

 Dari ayat yang berbunyi “carilah wasilah (jalan) yang mendekatkan diri kepada-Nya” menggunakan kata wasilah. “wasilah” adalah segala sesuatu yang dijadikan Allah Swt sebagai sebab dalam mendekatkan diri kepada-Nya, adab sebagai penghubung untuk pemenuhan segala kebutuhan. Ayat ini menyampaikan kepada setiap individu seorang Mukmin tentang tiga tanggung jawab, dengan cangkupan yang menyebabkan atas sebuah kelaziman dengan tiga tanggung jawab dan kesesuaiannnya kepada pohon keberuntungan. Memilih dan berjalan untuk mendekatkan diri kepada Allah swt, ketika ayat ini berkata : “dan bersungguh-sungguhlah mecari jalan yang mendekatkan diri kepada-Nya...” Berjihad di jalan Allah swt, ketika ayat ini berkata : “dan berjihadlah kalian pada jalan-Nya..” Mengikuti amal sholeh dan ketaqwaan, sebagaimana perkataan ayat : “Hai orang-orang yang beriman, bertaqwalah kepada Allah swt...” Dalam ayat lain Allah Swt menyeruh manusia untuk bertawassul kepada nama-nama-Nya yang baik, sebagaimana dalam Qs. Al-A’raf ayat 180 : 

وَلِلَّهِ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰ فَٱدۡعُوهُ بِهَاۖ وَذَرُواْ ٱلَّذِينَ يُلۡحِدُونَ فِيٓ أَسۡمَٰٓئِهِۦۚ سَيُجۡزَوۡنَ مَا كَانُواْ يَعۡمَلُونَ

 “Hanya milik Allah asmaa-ul husna, maka bermohonlah kepada-Nya dengan menyebut asmaa-ul husna itu dan tinggalkanlah orang-orang yang menyimpang dari kebenaran dalam (menyebut) nama-nama-Nya. Nanti mereka akan mendapat balasan terhadap apa yang telah mereka kerjakan.” 

Dalam hal ini manusia terbagi dua golongan : pertama, golongan yang mendapat petunjuk dengan petunjuk Allah, tidak membandingkan Allah dan yang lain.
 Kedua, golongan yang sesat, yakni yang menyimpangkan kebenaran Asma-Nya dan mendustakan ayat-ayat-Nya dan Allah Swt menggiring mereka ke neraka sebagai pembalasan terhadap mereka yang disebabkan oleh pendustaan mereka tehadap ayat-ayat-Nya.

 Seseorang yang terjatuh ke dalam neraka karena mengabaikan tanda-tanda-Nya. Oleh karena itu dalam ayat ini, Allah Swt mengingatkan hamba-Nya agar tidak melalaikannya dan selalu berdoa kepada-Nya dengan nama-nama-Nya yang terbaik. Setiap nama Allah Swt adalah nama yang terbaik untuk menunjukkan makna yang sempurna, bukan yang tercampur dengan kekurangan dan ketiadaan.

 Maka sebagai seorang hamba berdoa dan memohon kepada-Nya dengan nama-nama-Nya, yaitu dengan nama-nama tersebut. Dan seorang hamba harus meningalkan orang-orang yang menyimpan dari kebenaran yang salah memaknai nama-nama-Nya serta orang-orang yang berdoa kepada Allah Swt dengan nama-nama tersebut yang tak selaras dengan sifat-sifat keesaan Allah Swt atau berdoa menggunakan nama-nama-Nya akan tetapi tujuan penggunaan tersebut adalah untuk menodai nama Allah Swt. 

Allah memerintahkan hamba-hamba-Nya untuk menyebutkan nama-nama yang paling baik ini dalam berdoa dan berzikir. Karena dengan berdoa dan berzikir seorang hamba selalu ingat kepada Allah Swt, dan iman mereka bertambah hidup dan subur dalam jiwa mereka. Firman Allah Swt dalam Qs. Al-Isra’ ayat 110 : 

قُلِ ٱدۡعُواْ ٱللَّهَ أَوِ ٱدۡعُواْ ٱلرَّحۡمَٰنَۖ أَيّا مَّا تَدۡعُواْ فَلَهُ ٱلۡأَسۡمَآءُ ٱلۡحُسۡنَىٰۚ وَلَا

 “Katakanlah: "Serulah Allah atau serulah Ar-Rahman. Dengan nama yang mana saja kamu seru, Dia mempunyai al asmaaul husna (nama-nama yang terbaik)” 

Ayat ini juga, Allah Swt menjelaskan kepada hamba-Nya mengenai keesaan Zat-Nya dengan nama-nama yang baik. Nama-nama yang baik itu menggambarkan sifat-sifat kesempurnaan-Nya, bukan Zat lain selain Allah Swt yang berdiri sendiri. Allah Swt menegaskan dalam ayat ini bahwa kedua nama itu baik digunakan untuk berdoa, karena Tuhan mempunyai Asmaul Husna (nama-nama yang paling baik). Tuhan memberikan keterangan dengan al-husna (paling baik) untuk nama-nama-Nya, karena mengandung pengertian yang mencakup segala sifat-sifat kesempurnaan, kemuliaan, dan keindahan yang tidak satu makhluk pun yang menyerupai. Tawassul adalah tehnik berdoa yang mana tidak melanggar ketauhidan atas keesaan Allah Swt, akan tetapi tawassul merupakan menifestasi dari keyakinan atas kekuasaan Alla Swt. 

dalam buku yang berjudul “imam semesta” dikatakan bahwa alasan mengapa Allah Swt memerintahkan manusia untuk bertawassul kepada para wasilah-Nya adalah : 

Memperkenalkan derajad yang tinggi yang telah dicapai oleh hamba-hamba-Nya yang saleh.

 mendorong mereka kepada ibadah dan ketaatan yang dapat mengantarkannya kepada derajad yang tinggi itu. 

Mencegah dari memandang dirinya unggul dan merendahkan orang lain karna merasa paling benar ibadahnya, merasa dirinya telah mencapai derajad yang tertinggi dan kesempurnaan insani yang teragun.

Relasi Zikir dan Doa

Relasi antara Zikir dan Doa 

Kata zikir berasal dari bahasa arab yang memiliki arti ingat ataupun mengingat dan menyebut. Sedangkan menurut istilah zikir adalah kegiatan, perbuatan ataupun proses seorang hamba dalam mengingat Allah Swt yang telah menlimpahkan berbagai macam nikmat kepadanya. 

Salah satu pengaruh zikir yang dijelaskan Imam Sajjad As ialah untuk “kehidupam spiritual” manusia. Kehidupan spiritual manusia membutuhkan gizi khusus, yaitu “mengingat Allah”. Selain doa zikir juga merupakan salah satu sarana yang digunakan seorang muslim untuk mendekatkan diri kepada sang Pencipta, yang mana ketika seorang hamba berzikir kepada Allah Swt dengan hati yang tulus maka pelaku zikir tersebut akan menambah kedekatannya dengan Allah Swt, dan Allah Swt sendiri akan lebih mendekatkan diri hamba tersebut kepadanya sebagaimana firman Nya dalam Qs. Al-Baqarah ayat 152 : 

فَٱذۡكُرُونِيٓ أَذۡكُرۡكُمۡ وَٱشۡكُرُواْ لِي وَلَا تَكۡفُرُونِ 
 “Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku.”

 Ingat (zikir-penerj.) kepada Allah merupakan prasyarat bersyukur kepada-Nya, karena itu ia (zikir-penerj.) mendahului kata syukur. Zikir ini juga karunia Allah yang dicurahkan kepada hamba-hamba-Nya.Tentu, apabila seseorang dalam kehudupannya mengabaikan Allah maka Dia pun akan melupakannya juga. 

Jika ditinjau dari definisi zikir baik secara Bahasa maupun secara istilah, dan jika di-mutlak-kan kegiatan zikir maka semua proses mengingat Allah Swt masuk dalam kategori zikir seperti sholat, puasa, haji, takziah, siarah kubur, berdoa, bakti kepada kedua orang tua itu semua adalah zikir, jadi salah jika ada yang mengatakan atau menafsirkan bahwa zikir hanyalah kegiatan yang mengucapkan bacaan-bacaan tertentu dengan lisan. 

Sebagai kesimpulan, bahwa zikir lebih umum dari pada doa.

Kerasionalan imajinasi

IMAJINASI dan RASIONALITAS Secara terminologi Imajinasi adalah suatu permainan akal yang menggambarkan sesuatu tanpa memiliki realitas ...